Kita tentu sudah tidak asing dengan revolusi industri 4.0. Kita sering mendengar topik tersebut di sampaikan di semua bidang keilmuan , termasuk di bidang teknik industri dan manufaktur. Namun bagaimanakah impelementasi nyata dari revolusi industri tersebut yang praktekkan langsung di perusahaan terkemuka di indonesia ataupuun di luar negeri . Untuk menjawab pertanyaan tersebut , Teknik Industri Universitas Jenderal Soedirman kali ini mengadakan kuliah umum dengan mengundang narasumber langsung dari Jerman yang merupakan praktisi sekaligus provider/enabler dari revolusi industri 4.0 di dunia manufaktur , dengan Tigar Putri sebagai moderator.
Dr Supriyanto seorang Doktor alumnus dari University of Duisburg-Essen , yang sekarang bekerja di perusahaan Advantech sebagai project manager untuk kawasan Eropa. Advantech sendiri merupakan perusahaan IT enabler and provider yang menyediakan produk dan jasa teknologi informasi maju untuk perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia. Di pembukaan kuliah tamu ini Dr Supriyanto mengatakan sebetulnya Indonesia sedikit terlambat untuk mengimplementasikan konsep industri 4.0 yang baru ramai dan tren beberapa tahun belakangan ini. Industri 4.0 sendiri pertama kali lahir dan dicetuskan di Jerman sekitar tahun 2011-2012. Beliau menjelaskan bahwa istilah ini berasal dari project dari teknologi tingkat tinggi dari pemerintah Jerman pada tahun 2011 untuk mempromosikan komputerisasi pada dunia manufaktur. Kemudian istilah ini pertama kali dikenalkan secara luas kepada publik pada Hannover Fair tahun 2011.
Dr Supriyanto menjelaskan dengan perkembangan zaman dan teknologi , masalah terkait Supply Chain dan Logistik pun semakin kompleks dan menantang yang juga melahirkan peluang dan tantangan . Dengan mengimplementasikan Industri 4.0 , sebuah perusahaan dapat mempercepat proses logistik dan sekaligus proses bisnisnya , sehingga jika hal tersebut diterapkan di perusahaan-perusahaan di indonesia , tentu perusahaan di indonesia akan mampu bersaing secara kompetitif dengan perusahaan asing terkemuka. Sebagai contoh misalnya , indonesia sebagai negara agraris yang mampu menghasilkan produk-produk pertanian dan perkebunan serta hasil olahannya , masih kalah jauh dari negara tetangga seperti Vietnam atau Thailand yang lahan pertaniannya tidak seluas di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa buah-buahan impor yang ada di Jerman dan negara eropa lainnya seperti mangga , pepaya , rambutan , nangka , durian , dll di dominasi produk dari Thailand atau Vietnam. Karena secara proses bisnis dan sistem logistiknya , Indonesia belum optimal,efektif dan efisien dibandingkan kedua negara tersebut.
Dalam pemaparannya di akhir sesi , Dr Supiyanto juga mengemukakan bahwa jurusan Teknik Industri memiliki potensi dan peluang besar terkait industri 4.0 untuk manufaktur dan logistik. beliau menjelaskan bahwa sebagai project manager yang langsung mengurusi hal teknis dan operasional sebuah proyek , beliau lebih mengutamakan merekrut pekerja yang ahli domain spesifik yang mengerti IT , dibandingkan dengan ahli IT yang mengerti domain spesifik. Mengapa ? karena menurut beliau ahli domain spesifik seperti domain manufaktur dan logistik , lebih mudah untuk di training terkait IT , dibandingkan mentraining ahli IT untuk mengerti sebuah domain spesifik seperti domain logistik dan manufaktur.
Sesi kuliah tamu , ditutup dengan tanya jawab dan foto bersama dengan dosen dan seluruh peserta. Kemudian dilengkapi dengan penyerahan plakat serta oleh-oleh khas Banyumas yang diserahkan oleh Ketua Jurusan langsuung kepada Dr Supriyanto.