Batik merupakan salah satu warisan budaya dari Indonesia yang dibuat dengan cara tulis (canting), cap ataupun printing serta miliki beragam jenis motif. Kabupaten Pemalang
merupakan salah satu daerah penghasil batik yang diminati oleh banyak orang. Salah satu pengrajin batik tulis, printing dan cap adalah Batik Arum Cempaka yang berada di Desa Cibelok, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. Batik Arum Cempaka merupakan sentra batik milik keluarga yang berdiri secara turun temurun. Dimasa yang serba modern seperti saat ini, perkembangan bisnis menjadi sangat pesat sehingga menciptakan persaingan yang ketat, tak terkecuali di sektor UMKM Batik. Pemerintah Kabupaten Pemalang membuat kebijakan yang mewajibkan kalangan PNS dan ASN mengenakan batik khas Pemalangan sebagai seragam resmi pada hari Rabu dan Kamis.
Produksi batik, khususnya di Pemalang, dijalankan baik secara tradisional maupun menggunakan teknologi pengolahan garment dan tekstil yang sudah maju. Secara umum, industri batik memiliki beberapa tantangan antara lain baik external maupun internal. Tantangan external yang dihadapi antarai lain: ketersediaan dan fluktasi harga bahan baku, berkurangnya generasi muda sebagai pembatik, masuknya batik impor asal China, globalisasi yang mengancam eksistensi nilai-nilai budaya local semacam batik, dan sebagainya. Adapun tantangan internal seperti misalnya: ketersediaan peralatan membatik, belum optimalnya penanganan limbah kimia batik, kapasitas dan kualitas produksi yang masih belum bisa memenuhi permintaan pasar export khususnya pada UKM, kemampuan manajemen serta teknik mencanting atau mengecap halus dan pewarnaan batik.
Pengabdian ini bertujuan untuk mengatasi salah satu permasalahan internal yang dihadapi industri batik, khusus di UKM Arum Cempaka, yaitu terkait kurangnya peralatan produksi batik khususnya teknik cap, termasuk redesain stasiun kerja dan peralatan pendukung. Sesuai dengan bidang keilmuan Teknik Industri, dalam pengabdian ini akan dilaksanakan pendampingan desain dan perancangan serta pembuatan stasiun kerja (work station) untuk produksi batik teknik cap. Selain itu, terdapat masalah yang dialami pengrajin batik yaitu terkait posture kerja yang kurang ergonomis yang menimbulkan beberapa keluhan kesehatan khususnya pada otot rangka dan tulang belakang pada pekerja batik. Berdasarkan masalah tersebut, dalam pengabdian ini juga akan dilakukan evaluasi posture kerja dan keluhan kesehatan, sebagai salah satu dasar acuan dalam perancangan dan pembuatan stasiun kerja pada batik cap. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas produksi batik cap pada mitra secara khusus, dan meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi dari masyarakat sekitar secara umum. Kemudian dalam proses redesain stasiun kerja , untuk mengumpulkan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap stasiun kerja baru yang lebih baik dari sebelumnya digunakan metode Kansei Engineering.
Tim pengabdian masyarakat yang terdiri dari Hasyim Asyari , Indro Prakoso , Reza Azizul dan Sugeng Waluyo , dan Aprilian Salsabila , dalam prosesnya merancang ulang meja kerja yang digunakan pada proses cap. Meja kerja yang baru berbahan dasar besi galvanis , yang dilengkapi dengan rak untuk penyimpanan untuk canting cap. Meja kerja baru yang dirancang memiliki beberapa keunggulan dalam aspek tahan lama dan keawetan , kenyamanan dengan penyesuaian antropometri dari pembatik , multifungsi dan kerapian.
Meja Kerja dan meja kompor setelah di desain ulang |
Kondisi Meja Kerja Batik Cap dan Meja kompor sebelum perbaikan |